Selepas menerima kenyataan bahwa Puncak Becici yang tak seindah bayangan (ihiks…) baru terasa laparnya perut ini. Lho kok gitu? Hmm.. boleh deh yuk dikulik kisah perjalanan kami menyusuri Selopamioro Canopy trail, Gardu pandang Mangunan dan berburu suara angin di hutan pinus.
Salah seorang teman kami merekomendasikan sebuah resto masakan tradisional di Jalan Wonosari KM 5,5. Dengar-dengar masakannya lezat dan harganya hemat. Berangkatlah kami kesana dengan riang gembira. Menu andalannya Ingkung Ayam Kampung Asli. Ingkung dalam bahasa jawa artinya ayam yang dimasak utuh tanpa dipotong-potong.
Ternyata benar, menunya beragam, ada ingkung ayam, oseng kangkung, sayur lodeh, ikan wader goreng, tempe dan tahu goreng, lalapan, nasi putih pulen, aneka sambel dan aneka minuman. Yang lebih membuat happy adalah adanya paket hemat untuk 5 orang seharga Rp. 200.000. Eh tapi kan kami berenam? Halah coba dulu, saya kan makannya sedikit (sedikit-sedikit nambah hehehe…). Sip… kami pesan paketan saja. Kalau kurang baru nambah.
Saat paket pesanan datang, wow ternyata porsinya nggak kira-kira. Rasanya pun lezat. Berlebih untuk 6 orang sekalipun. Saatnya mengisi perut untuk destinasi berikutnya. Recommended deh… Sayang kami khilaf tidak memotret keseluruhan menu. Terlalu lapar mungkin.
Urusan perut beres, ibadah sholat juga sudah ditunaikan. Saatnya jalan-jalan (lagi). Destinasi berikutnya adalah Museum Kayu Wanagama. Menurut info dari seorang Travel Blogger Indonesia, museum ini berada di daerah Bunder, kecamatan Playen, Gunungkidul. Kami tertarik dan ingin tahu seperti apa sih isi museum kayu itu. Kembali kami menyusuri jalanan mencari lokasinya. Dari gambar yang ada di website, bentuknya seperti ini:
Karena minimnya informasi, kami akhirnya terhenti di lokasi Taman Hutan Rakyat (Tahura), dan disanapun tak terlihat satu pun petugas yang menjaga. Mungkin kami salah waktu. Zonk kedua di hari ini. Namun kami menikmatinya dengan menertawakan kekonyolan kami sendiri hihihi…
Namun, ada secercah harapan, saat kami bertanya pada sekumpulan bapak-bapak di sebuah warung, tentang arah museum kayu wanagama. Mereka menunjukkan arah yang tak terlihat dari jalanan, kami awalnya ragu karena jalanan sempit menuju hutan dan terlihat tak terawat. Masa sih seperti ini jalanannya? Makin menyempit dan akhirnya kami memutuskan untuk berhenti sebelum tersesat.
Tiba-tiba sekilas kami melihat ada bayangan rumah dibalik pepohonan yang sepertinya mirip dengan gambar museum yang ada di internet. Kami berenam berjalan pelan kesana, sedikit merinding menyusuri jalan di tengah hutan, jalanan sepi, beberapa kali kami hampir menginjak bangkai tupai yang terkapar di jalanan. Dan akhirnya muncullah sosok rumah ini:
Terlihat sepi tak berpenghuni, tak terawat, kotor dan sedikit menyeramkan. Kami pun sempatkan diri untuk mengintip ke dalam rumah ini. Dan makin merindinglah bulu kuduk kami. Sudahlah cepat-cepat kami meninggalkan tempat ini sebelum hari makin gelap. Tak seperti harapan kami, tapi cukup seru untuk menguji keberanian kami.
Perjalanan berlanjut menuju Bukit Bintang, sebuah tempat untuk menikmati indahnya kelap-kelip kota Jogjakarta dari ketinggian. Saya, Emi dan Dite memilih untuk menginap di Hotel Bukit Indah di kawasan Bukit Bintang. Agus, Dianka, Azka dan Pak Eko, driver kami pulang ke Jogja, besok kami akan dijemput jam 7 pagi untuk pulang ke Jogja lagi. Malam ini kami bertiga ingin menikmati indahnya pemandangan di Bukit Bintang. Waktu sudah menjelang sore, sunset terlihat di kejauhan.
Kami habiskan malam ini dengan bercerita tentang kehidupan kami masing-masing sambil menikmati indahnya pemandangan malam itu. Lama kami tak sempat berkumpul untuk saling berbagi kisah dan hikmah kehidupan. Hingga larut malam, waktunya istirahat sebelum pagi kembali menjelang dan kami siap kembali ke kota Jogjakarta lagi.
Sampai jumpa di cerita perjalanan d’travelers berikutnya.
Regards,
@EvaZahraa
WA/Telegram 085740746380fb. Eva Zahra
Weeew hotel dan pemandangannya cemeweew bangeets..
Next destination yo Jogja udah dikantongin. Ntar aku butuh obat nyamuk ya mpok heuheu..
Ogah… ente ke jogjanya ntar aja klo eike udah punya gandengan halal 😀
Saya Jogjanya cuma sempat ke Malioboro sama Merapi. 😀
Seru kayaknya. Jadi pengen lagi.
Jadi.. Kapan kita jalan bareng Mbak Eva?? 😀
Diriku menunggumu sampai di jogja dulu 😀
jalan – jalan ke sana asyik ya..
hmm kapan ya?
Saya malah mupeng pengen jalan2 ke Malang, mbak Annis :*
Ngiler sangat liat inkung ayamnya 😋
Ini eva yah?
iya mas bro levin 😀